Ligaindonesia.net – PSIM Yogyakarta resmi naik kasta ke BRI Liga 1 musim 2025/2026. Setelah 18 tahun menanti, Laskar Mataram akhirnya mewujudkan mimpi untuk kembali berlaga di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Euforia promosi belum juga surut, tetapi manajemen PSIM tak mau terlena. Mereka langsung bergerak cepat menyusun persiapan menyambut musim baru yang bakal jauh lebih kompetitif.
Manajer PSIM, Dyaradzi Aufa Taruna, atau yang akrab disapa Razzi Taruna, memastikan timnya ngebut dalam mempersiapkan segala kebutuhan menjelang debut Liga 1. Ia menegaskan, PSIM tidak ingin hanya menjadi tim pelengkap di liga elit, melainkan ingin hadir sebagai kekuatan baru yang layak diperhitungkan.
Klub Promosi yang Tak Ingin Sekadar Bertahan
Sebagai tim promosi, PSIM Yogyakarta menyadari tantangan berat yang menanti. Namun, Razzi Taruna menekankan bahwa manajemen tidak akan membiarkan tim datang ke Liga 1 tanpa persiapan matang.
“Begitu kami resmi promosi, kami langsung bergerak. Kami mulai mengurus club licensing, karena itu syarat wajib. Kami tim baru di Liga 1, jadi kami harus serius dari awal,” ujar Razzi kepada Bola.com.
Ia menambahkan bahwa manajemen tengah menyiapkan semua aspek, mulai dari teknis hingga administrasi. “Kami urus semua prosesnya. Kami belum pernah ada yang main di Liga 1 sebelumnya, jadi kami harus siapkan yang terbaik,” lanjutnya.
Fokus Club Licensing dan Pembangunan Elite Pro Academy
PSIM tak hanya mempersiapkan tim senior. Razzi menyebut bahwa manajemen juga mulai membangun fondasi jangka panjang, salah satunya melalui pendirian Elite Pro Academy (EPA). Ini merupakan kewajiban baru yang harus dipenuhi oleh semua klub Liga 1, sekaligus investasi penting dalam pembinaan pemain muda.
“EPA belum kami miliki sebelumnya. Jadi kami langsung buat akademinya. Ini bagian dari syarat Liga 1 juga. Tapi kami anggap ini kesempatan membangun fondasi klub lebih kuat ke depan,” jelasnya.
Langkah ini sekaligus menunjukkan keseriusan PSIM yogyakarta dalam membangun klub secara berkelanjutan. Mereka tidak ingin hanya naik kasta, lalu terdegradasi. PSIM ingin menancapkan eksistensinya sebagai klub profesional yang layak bertahan lama di kasta tertinggi.
Empat Stadion Masuk Radar
Salah satu tantangan terbesar PSIM Yogyakarta saat ini ialah menentukan homebase untuk Liga 1. Stadion Mandala Krida, markas utama mereka selama ini, belum memenuhi standar kompetisi Liga 1. Lampu stadion belum memadai, papan skor belum digital, dan single seat pun belum tersedia.
Namun, manajemen tidak tinggal diam. Mereka terus berupaya agar Mandala Krida tetap bisa digunakan. Di saat yang sama, mereka juga menjajaki beberapa opsi stadion alternatif.
“Kami ingin tetap main di Mandala Krida, tapi harus ada penambahan fasilitas, seperti lampu dan lainnya. Kami juga lihat Stadion Sultan Agung di Bantul, Stadion Moch. Soebroto di Magelang, dan Stadion Maguwoharjo di Sleman,” papar Razzi.
Ia menegaskan bahwa manajemen masih menilai keempat stadion tersebut sebelum menentukan pilihan final. “Kami jajaki semua opsi itu. Kami ingin stadion yang nyaman, aman, dan sesuai regulasi,” tambahnya.
PSIM Tulis Sejarah
PSIM Yogyakarta menulis sejarah setelah berhasil menjuarai Pegadaian Liga 2 2024/2025. Di partai final yang berlangsung di Stadion Manahan, Solo (26 Februari 2025), Laskar Mataram menekuk Bhayangkara FC dengan skor 2-1. Gol cepat dari Rafinha di menit ke-9 dan gol dramatis Roken Tampubolon di menit 90+6’ memastikan PSIM Yogyakarta mengangkat trofi sekaligus meraih tiket promosi.
Bhayangkara FC sempat memperkecil ketertinggalan lewat Felipe Ryan pada menit ke-71, namun upaya mereka untuk menyamakan kedudukan gagal. PSIM mengakhiri pertandingan dengan penuh haru dan kebanggaan.
Trofi Liga 2 itu menjadi penutup manis perjalanan panjang PSIM selama hampir dua dekade. Klub kebanggaan Brajamusti dan The Maident itu terakhir kali mencicipi kompetisi tertinggi pada era Divisi Utama, sebelum terbentuknya Liga 1.
Tantangan Besar Menanti, PSIM Tak Gentar
Masuk ke Liga 1 berarti PSIM akan menghadapi tim-tim dengan level permainan, kecepatan, dan kedalaman skuad yang lebih tinggi. Namun, manajemen dan tim pelatih tak gentar. Mereka justru memandang tantangan ini sebagai peluang untuk tumbuh lebih cepat.
“Kami tahu ini bukan Liga 2. Kami akan bertemu Persija, Arema, Persebaya, PSM, dan tim-tim besar lain. Tapi kami tidak akan gentar. Justru ini saatnya PSIM menunjukkan bahwa kami memang layak di sini,” tegas Razzi.
Manajemen saat ini juga tengah membangun komposisi skuad yang lebih solid. Mereka sudah mulai berburu pemain dengan pengalaman di Liga 1 untuk memperkuat kerangka tim.
“Kami cari pemain yang sudah tahu medan Liga 1. Tapi kami juga tidak lupa pemain muda dan lokal. Kami ingin tim ini punya identitas, bukan sekadar mengumpulkan bintang,” sambungnya.
Dukungan Suporter Jadi Energi Tambahan
Selama ini, Brajamusti dan The Maident tak pernah lelah memberikan dukungan untuk PSIM, baik di kandang maupun tandang. Ketika PSIM bertarung di Liga 2, mereka tetap hadir dengan semangat luar biasa. Kini, di Liga 1, dukungan itu akan sangat krusial untuk menjaga mental dan motivasi tim.
Razzi menyadari pentingnya peran suporter, dan ia berharap atmosfer di Mandala Krida — atau stadion mana pun nanti — tetap menggema demi menyemangati para pemain.
“Tanpa dukungan mereka, mungkin PSIM tidak akan sampai sejauh ini. Sekarang kami naik level, dan kami butuh mereka lebih dari sebelumnya. Kami ingin stadion penuh di setiap laga kandang,” pungkasnya.